Kekalahan Manchester United di final Liga Europa 2024/2025 melawan Tottenham Hotspur menjadi luka yang membekas di hati para pendukung. Laga yang berlangsung di Stadion San Mames, Bilbao, Kamis (22/5) dini hari WIB, berakhir dengan kekalahan 0-1 bagi Setan Merah. Padahal secara statistik, MU mendominasi laga dengan penguasaan bola mencapai 73% dan melepaskan 16 tembakan.
Namun, dominasi penguasaan bola tidak berarti apapun jika tidak dikombinasikan dengan efektivitas. Tottenham tampil efisien dengan hanya tiga tembakan dan satu gol dari Brennan Johnson, yang menjadi pembeda dalam laga penting ini. Kekalahan Manchester United bukan semata karena keberuntungan lawan, tetapi karena kesalahan mereka sendiri.
Baca Berita Lainnya
Kekalahan Manchester United: 5 Blunder Fatal di Final Liga Europa
Manchester United Kandas di Final Liga Europa Gara-gara Cadangkan Pemain Ini
Berikut ini lima blunder fatal yang menyebabkan Manchester United gagal meraih trofi Liga Europa:
1. Formasi Statis Ruben Amorim
Amorim tetap menggunakan formasi 3-4-3 yang sebelumnya sukses, namun gagal menyesuaikan diri dengan permainan bertahan Tottenham. MU kesulitan menciptakan peluang berbahaya, karena minim variasi serangan. Padahal, laga final menuntut adaptasi dan kreativitas.
2. Terlambatnya Substitusi
Pelatih asal Portugal itu terlambat membaca situasi permainan. Saat Tottenham mulai mengunci lini tengah, Amorim baru mengganti pemain di menit ke-71. Garnacho dan Zirkzee yang masuk telat tak punya cukup waktu untuk membalikkan keadaan. Ini memperkuat alasan kekalahan Manchester United karena keputusan manajerial.
3. Bruno Fernandes Kehilangan Fokus
Sebagai kapten, Bruno seharusnya menjadi panutan. Tapi justru kesalahannya dalam menguasai bola di lini tengah dimanfaatkan lawan untuk mencetak gol. Meski menyumbang peluang dan tembakan, Fernandes gagal jadi pembeda. Dalam laga sebesar ini, satu momen ceroboh bisa berujung fatal.
4. Gagal Maksimalkan Peluang
MU menciptakan sejumlah peluang emas lewat Amad Diallo, Mount, dan Højlund. Sayangnya, finishing mereka jauh dari kata klinis. Dalam pertandingan final yang berjalan ketat, satu peluang yang terbuang bisa menjadi penyesalan sepanjang musim.
5. Koordinasi Buruk di Lini Belakang
Gol Brennan Johnson menunjukkan lemahnya koordinasi pertahanan MU. Luke Shaw gagal membaca pergerakan dan kehilangan posisi ideal. Kombinasi antara kehilangan bola oleh Fernandes dan kelengahan Shaw menjadi penyebab gol tunggal Spurs.
Evaluasi dan Harapan ke Depan
Kekalahan Manchester United ini harus dijadikan pelajaran berharga. Ruben Amorim perlu lebih fleksibel dalam strategi dan lebih cepat membaca momentum permainan. Skuad MU juga harus belajar untuk tampil lebih klinis dan disiplin di laga besar.
Meski gagal di Liga Europa, musim belum berakhir. MU masih punya kesempatan untuk menutup musim dengan catatan positif di Premier League atau ajang domestik lainnya. Namun jelas, mereka harus memperbaiki banyak hal jika ingin kembali ke jalur juara.